yipsuck!!

yipsuck!!

Sabtu, 02 Oktober 2010

Kita masih manusia?

Kalau siang kita kehilangan matahari, kita bisa apa?
Lalu malam bisu kehilangan bulan, mana yang lebih gulita?
Dan manusia berlomba ciptakan hutan betonnya, dan akan ada hektaran tanah penuh sampah, siapa salah siapa? Tak ada, bahkan kita suka.
Kalau hutan kehilangan pohon pohonnya, lalu jika ukuran laut semakin meluas, apa kita punya insang? Siapa yang bisa ciptakan daratan?
Jika atmosfer kian lebar melubang, yang ada gempar tanpa perubahan.
Jika kita tak dengar lagi kokok ayam di pagi hari, bisa jadi hari ini kacau.
Jika kita tak lihat kumpulan burung terbang kesarang di kala senja, tak ada rasa kapan malam menjelang.
Lalu jika manusia kehilangan kemanusiaannya, apakah perlu memanusiakan manusia?

Senin, 30 Agustus 2010

Kapan? ada akhirnya.

Hei! kita telah dipenghujung segalanya.
Menyudahi hujan yang tak kunjung reda, menyudahi terik matahari yang tak berbelas kasih.
Menggenapinya. Sayatan luka, taburan bubuk ceria, dan keabnormalan suasana.
Aku berhenti dulu, membenahi tali sepatuku. Sepertinya kau juga berhenti, kenapa? Bekal makanmu habis?
Lalu kita tetap berjalan bersama membahu yang entah apa guna. Apa yang kita tuju dan ekspektasikan.
Tapi ada keinginan teguh dari balik semburat pucat luka itu.
Semoga kita bahagia meski lepas tegang garis.

berhenti di tiga belas.

Aku keluar dari rumah itu, dengan mengantongi berjuta luka di sekujur raga, luka bias pias tak kasad mata.
Berjalan bersinggungan dengan angin malam yang dingin dan aroma khas tanah habis hujan yang menyegarkan, tapi kini menyesakkan.
Tertatih dalam melodi waktu, beriringan dengan pilu membasahi kalbu.
Shelter 34 tampak angkuh dengan fluorescent yang membisikkan ketegaran.
Hanya tinggal 3orang saja yang bernasib sama menunggu bus selanjutnya. Kubeli tiket dan kukatakan tujuanku "Shelter 13".
Sepasang lansia yang tampak segar mesra menikmati betap indahnya malam ini. Aku membayangkan setelah sampai rumah mereka akan bercinta untuk terakhir kalinya dan merelakan hidup mereka pada hari ini.
Dan seorang wanita yang tampak gusar akan sesuatu.
Petugas tiket, seorang wanita juga tampak sibuk menulis, mungkin membuat laporan hari ini.
Kutanyakan padanya pukul berapa ini, "sepuluh mas". "mungkin 5menit lagi busnya datang" tambahnya.
Tak lama dari kejauhan nampak bus rapid yang terseok seok dalam gelap yang dingin.
Benar juga bus ini sudah sepi sekali, pada 4shelter yang terlewat hanya tinggal kami berempat penumpangnya.
Lelah yang memampatkan pikiranku, kucoba rangkai kembali kejadian hari ini, memisahkan logika praktis yang kubanggakan, segalanya seperti gempa yang hanya beberapa detik saja sudah cukup melemaskan otot ototku.
"Hari ini malam ini, kita selesai!!"
mungkin memang sekarang.
Hidup ini hanya sebuah garis, meski tidak lurus, akan terjadi persilangan, perpotongan, atau persentuhan dengan garis hidup manusia lain.
Sejenak aku merasa nyaman dengan bangku yang aku duduki, dibagian belakang dengan bebas membuatku memandang kesegala sudut bus, dan kenyamanan ini yang membuatku untuk tak merasakan bangku yang lain, dimana mungkin ada bangku yang lebih nyaman dan strategis dalam bus ini.
Bukankah kenyamanan menciptakan kebahagiaan?
Aku nyaman dan bahagia meski dalam katup sisi lain aku bisa meraung pilu.
Kenyamanan yang membatasi, seperti penyudahan situasi. Mungkin atau... Ahh sudahlah. Selesai untuk malam ini.
Pandanganku kembali fokus pada kehidupan nyata, setelah sejenak kuajak mengawang dalam sarkastik ku sendiri.
Shelter 17 wanita itu turun di shelter ini, kuperhatikan mukanya yang tampak gusar sedari tadi, meski tak selalu kuperhatikan, dari ekspresi dan gestur nya, wanita menyimpan kesedihan yang berusaha ditutupi dengan make up keceriaan yang palsu, membuatnya seperti badut yang menangis kejang dalam pesta.
Pintu tertutup kembali, dan bus ini meneruskan jalannya, kuperhatikan bangku bekas wanita tadi. Dompet! Ya dompet wanita itu tertinggal, kurasakan bus telah melaju kencang dan kudekati bangku itu, kuambil dompetnya, Aramia Sastrawijaya, itu nama yang tertera di KTPnya. Jumlah uangnya tak sedikit dan banyak surat penting. Maka kuputuskan mengembalikan kepadanya esok hari.
Shelter 13 telah nampak, dengan lesu ku berjalan menuju pintu.
Hari ini selesai, malam ini habis, pukul 11 malam setelah ku cek penunjuk waktu di HPku, Tuhan berikan esok yang baru untukku dan semua orang.
Malam ini hari ini habis. Selesai! Aku mengutuk hari ini!

dibuat tanggal 23 Agustus 2010
untuk saya dan wanita yang sampai detik ini sangat sangat saya sukai. Rifka Indhirani

Senin, 15 Maret 2010

untuk nuri!

Kau tangkap suratku
tak kau baca, dan langsung kau robek.

Kau tak tahu isi suratku, kau tak baca, kau tak tahu.

Kau tulis balasan atas suratku. Kau tak baca suratku, dan kau mampu membalas.

Aku disudut kamarku, fatamorganamu di sampingku, tidur di pelukanku.

Aku disudut kamarku, memutar memori esensial kita.

Pintu dibuka, kuambil surat dari tangan ibuku.
Dari mu. Kubuka, dan kubaca.

Kau tangkap suratku, kau tak baca, kau robek, dan kau bisa membalas.

"mulai sekarang kita adalah, kamu dan aku dengan kehidupan masing masing"
Dan itu balasanmu atas suratku.


"Hai Nuri, bagaimana kabarmu? senja sudah condong rupanya, kau masih ingat delman di desa canting lima tahun yang lalu itu? Awal kita berkenalan. Kau tampak elok dengan cardigan merahmu. Tanganmu halus sekali, dan senyummu sungguh horison yang menakjubkan.
Dan bertemu, berkenalan, dan berjalan, hehe.
Yaah dijalan desa itu, kau sendiri yang menganggukkan kepalamu ketika aku meminta restu hatimu, jalan desa yang asri, dan suara air sungai di bawah sana, itu aku anggap momentum yang bagus, kau pasti ingat itu.
Kau masih ingat juga di tahun pertama kita? aku ajak kau ke puncak? Yaah malam nikmat pekat itu, yang dingin dan akhirnya kita bercinta, hehe, aku hampir ingat semuanya, juga hujan di februari dimana aku harus bercelana kolor saja demi hangatnya dirimu yang alergi dingin. Rencana rencana kita, impian kita, entah mengapa pada hampir tahun kedua kita banyak beda, masalah semua terasa muntah penuh amarah.
Kita yang mulai tak bisa saling mengerti, dan akhir aku kirimi kau surat, dan akhirnya kau balas, kau tau aku menangis kala itu, gerimis di januari.

Ahh sudahlah, tak baik mengingat masa lalu. Oh iya, kabar terakhir kau sekarang bekerja di kedutaan Indonesia di Belanda ya, wow negara yang membebaskan ganja itu, aku ingin sekali kesana, hehe.
Kini aku di Vietnam, ikut perusahaan asing, bakat menulisku berguna disini, hehe.
Oke, semoga kau baik baik disana.
Kuharap kau bisa membalas email ku ini. Bye

monolog dalam hati

Lalu kehadiranku tak dibutuhkan lagi, mungkin aku harus pergi dari gundukan tanah ini. Yang pasti itu yang kamu mau.Kau kan yang sebarkan aura negativ diantara kita.Mungkin aku yang kelak menghancurkan semua ini.
Mengakhiri segalanya, mungkin? Pasti? Ahh entahlah.
Daun itu harapan.
Saat gugur dan semua pasti berakhir. Mungkin itu akhir dari kisah ini. Mungkin? Pasti? Tidak aku tak harap semua itu terjadi, aku masih mau lanjut, membakar semua masa lalu dan kita bisa berjalan tanpa beban dosa masa lalu. Aku masih ingin dan merindukan semua itu.
Aku tak pernah mau semua ini berakhir. Aku juga tak mau kita, berdua tertawa dengan beban masa lalu, tak pernah mau!
Dan tak mau semua ini lekas berakhir.
Semua ini masih bisa jalan!!
Semua ini harus tetap jalan pada relay awal yang pernah kita ciptakan!
Pasti! PASTI!

Rabu, 03 Maret 2010

formspring.me

when did your hair become "kriwil"? haha

pas masuk sma aku plontos mii, setelah itu rambutku jadi pada kriting entah kenapa, padahal pas sd ama smp rambutku gak kriting, atau yang kamu sebut dengan "kriwil", hahahah

Ask me anything

Minggu, 21 Februari 2010

Ini, khawatir, menderita, tidak hati yang sakit, tapi gelisah berkepanjangan!!

Disini ketika hanya ingin tetap mencoba kuat.
Ketika harus menggerus engsel engsel untuk tetap beroperasi, meski multivitamin tak bisa diajak bernegosiasi. Dan ketika organisasi yang telah termarjinalkan plasma kelemasan. Hanya menunggu saat yang tepat untuk tumbang. Berusaha untuk bisa maju menuju apa yang dimau. Tapi bisa apa? Ketika semua sistem yang telah dirancang harus ngadat ketika kondisi sudah dianggapa patut diistirahatkan!
Dan akhir terjadi pengakuan. Memelas demi tetap bisa berjalan. Entah kenapa, dari lawan sana malah makin menjadi lempar umpatan. Well sang kerdil tak tahu semulia apa dari hal yang paling kecil, terbuang percuma itu menjadi suatu rugi yang besar, semakin diperkuat dan timbul kecaman.
Ketidak pedulian kini yang mengorganisir.
Yaaa, yang disini menyebabkan sesuatu harus terbuang percuma, dan hanya mengandalkan alasan tak bersintesis dengan fakta.
Harus apa sekarang?
Lalu yang ada kini disini tinggal kekhawatiran, kekhawatiran yang berlebih.
Gelisah benar benar gelisah yang menutup segala galanya!! Dan sebuah harapan kecil untuk bisa lagi berdiri menyambangi sang "moody".
Shit!!!

Saturday, 6 february 2010
19:38