Kepalanya pecah.
Isinya terurai.
Bukan yang menjijikan.
Tapi masalahnya
penyakitnya
kenanganganya
semua dramanya
semua sandiwaranya
semua keberanianya
hampir kecerdasanya
hidupnya meraung dulu, hatinya pernah tersayat.
Tapi semangatnya melebihi seribu tenaga kuda.
Tanganya pernah mengangkat semangat.
Tubuhnya pernah dijunjung menang.
Tapi hatinya tak pernah terlampir dalam sebuah surat merah hati.
Kini dia mati,
semua diam.
Pahlawan sejati tak butuh penghargaan.
Minggu, 31 Mei 2009
Minggu, 24 Mei 2009
Hampa dalam sepi nyata
Hari itu , bukan namun lebih tepatnya malam itu. . .
lunglai, lelah, penuh ketidak pastian.
Sengit aroma menusuk.
Kau berdua,dan kini dengan aku kita bertiga.
Lalu berdua, kebingungan, pertama dgan penuh pertnyaan, pertanyaan kbingungan.
Negative negative.
Positive menguap.
Kau tak kurang, aku yg kurang.
Kau berstatus, aku mengambang.
Banyak mata, banyak presepsi.
Presepsi bertujuan satu, tak sepaham dngan jalan pikirku.
Ak malu dlan tetes hujan.
Menyusup dalam dunia baru.
Kau dan aku diam.
Kini akuu bingung, aku merasa absurd dengan ragaku.
Aku mengenalmu untuk lebih dari itu.
Ketidakpastian itu menikamku,bukan skarang mungkin.
lunglai, lelah, penuh ketidak pastian.
Sengit aroma menusuk.
Kau berdua,dan kini dengan aku kita bertiga.
Lalu berdua, kebingungan, pertama dgan penuh pertnyaan, pertanyaan kbingungan.
Negative negative.
Positive menguap.
Kau tak kurang, aku yg kurang.
Kau berstatus, aku mengambang.
Banyak mata, banyak presepsi.
Presepsi bertujuan satu, tak sepaham dngan jalan pikirku.
Ak malu dlan tetes hujan.
Menyusup dalam dunia baru.
Kau dan aku diam.
Kini akuu bingung, aku merasa absurd dengan ragaku.
Aku mengenalmu untuk lebih dari itu.
Ketidakpastian itu menikamku,bukan skarang mungkin.
Langganan:
Komentar (Atom)