Ini pukul satu dini hari, aku tak bisa tidur, entah.. banyak pikiran sepertinya, yahhhh tapi memang banyak pikiran. Hehe
Keluar aku ke garasi, ku ambil motor dan kuarahkan saja entah kemana. Pelan, kunikmati benar benar setiap jarak yang aku tempuh dengan motorku.
Di seputaran protokol Jl. Jend. Soedirman, entah aku merasa tertarik dengan pemandangan malam itu, biasanya banyak cewek cewek imitasi yang menjajakan tubuhnya, tapi aku melihat seorang wanita, yaah yang ini sepertinya asli wanita, hahaha. Kudekatkan saja motorku, dia pun lalu menghampiri motorku, “hai mass, ada yang gatel yaa?” manis juga dia berkata sambil menampakkan senyumnya. Aku taksir kira kira umurnya sekitar 22an, dia bergincu merah merona, wajahnya cantik, dengan sapuan make up luar biasa, hidungnya mbangir, rambutnya pun terlihat bagus. Busana yang ia kenakan, yaahh seperti kostum para pelacur pada umumnya, berwarna hitam yang terbuka dan menunjukkan bagian bidang menonjol di dada, dan bagian lengannya dan terlihat pula pahanya yang putuh mulus. Sangat menggugah mungkin yang kali ini kulihat, kakinya pun jenjang dibalut dengan hi heels hitam, sumpah menawan.
“hehe, tidak mbak, berapa tarif sewa mbak semalam?” aku tak tahu harus bertanya semodel apa, ini kali pertama aku berhadapan tak lebih dari 30cm dengan seorang pelacur, dan aku memang tak punya niat sama sekali untuk menikmati tubuh pelacur ini.
“Dua ratus lima puluh ribu, mas boleh gagahi saya dua jam ini”.
“Ahhh tidak mbak, saya hanya mau mengajak mbak sebagai teman bicara saja, tak banyak saya akan bayar Rp.250.000 untuk 2jam saya ajak melakukan hubungan mulut, bagaimana?” .
“okelah kalau begitu, nanti kalu mas mulai meraba raba, nambah yaa!”. Pelacur itu meminta sambil tersenyum sangat manisnya.
“oke” kataku singkat.
Aku ajak dia menuju indomaret aku beli dua kaleng green sands, dan beberapa snack. Lalu setelahnya kuarahkan motorku menuju suatu tempat, penuh ilalang, aku ambil tempat yang menghadap ke sebuah danau, jelas tempat itu sepi, yaah hanya aku dan pelacur itu, ewmnn aku kini lebih suka memanggilnya Marini, mbak marini, karena itu namanya. Disepanjang jalan tadi pun aku tahu, dia berasal dari wonogiri, umurnya dua tahun diatasku, sangat muda sekali, jika dia melanjutkan perguruan tinggi mungkin dia bisa jadi primadona kampus, atau senaas nasibnya ya ayam kampus, hehehe.
Kami duduk berdua, dan aku pun mulai bercerita. “ tadi saya sudah bilang kan, saya masih 19 tahun, lebih muda dari mbak mar, jadi panggil saya vano saja, hehe”.
“iya deh van, kamu kuliah kan, semester tiga ya?“. Tanya nya
“iya, kok tahu”. Sergahku.
“ ya kan dihitung dari umur kamu saja, temen kos saya kan anak kuliahan juga di BPD”.
“ouwhh, cantik juga seperti mbak?” godaku,
“hahha, kamu ini, cantikku juga pecun ini, hehe”. Renyah tawanya.
Kami diam sesaat, aku lihat sepertinya wanita itu kedinginan, dia menekuk kakinya dan mendekap erat betisnya, sehingga bidang sembul mulus itu terlihat begitu menonjol. Anjiing!!, bergairah aku, ahh seketika aku hapus saja pikiran kotorku. jadi aku berikan saja jaket ku kepadanya. “ini mbak, pake jakrt saya, saya gak tega lihat wanita kedinginan seperti itu”.
“ohh, makasih ya van. Baik lho kamu ini, kamu punya pacar van?” dia mencoba menanyakan sesuatu yang sedang mmbulat di otakku.
“heheh, punya mbak, tapi.. yaahh sedang ada konflik saat ini”
“kenapa? Berantem? Itu masalah kecil van, biasa anak seumuran kamu pacaran, paling – paling juga itu – itu aja masalahnya, hehe” dia mencoba menghiburku dengan senyum manisnya, yahh memang manis senyum wanita ini.
“saya terlalu banyak mengecewakannya mungkin mbak, yaah tadi siang saya dapati dia sedang makan berdua dengan seorang lelaki yang entah siapa, saya tak kenal. Saya cukup naik darah saat itu, tapi saya lalu pulang saja, saya tak mau membuat ulah yang memalukan di depan umum. Jujur memang saya bukan seorang lelaki yang bisa membuat wanita bahagia, saya kurang peka orangnya mbak, kadang gak peduli, pada suatu tempo malah sangat peduli, hingga terkesan menjengkelkan, haha, tingkah saya juga terhitung buruk, memang saya pernah ketahuan mengajak seorang wanita lain untuk kopi darat, tapi sebelum terlaksana sudah ketahuan duluan, haha, mungkin ini balasannya, saya tak coba menanyakan perihal lelaki yang bersamanya tadi siang itu kepada pacar saya, saya diam saja, hingga malam ini saya sudah duduk berdua dengan mbak didepan danau, dan aku belum ada kominiksi dengannya hari ini. haha” aku berusaha melupakan apa yang aku rasakan dengan tawa yang terasa sembab, dan hambar terasa. Aku mencoba bercerita singkat
“yaah, jangan terlampau berpikir negatif dulu, siapa tahu lelaki itu hanya teman barunya, siapa tahu dia rekan bisnisnya, atau sepupunya, kamu cari kemungkinan yang positif dulu, wanita itu butuh banyak perhatian, dia sangat tak suka dikhianati, jiwa dan hatinya itu lemah, meski secara fisik sekalipun dia terlihat kuat, wanita itu kadang egois, dia selalu ingin di mengerti, agak susah karakter wanita itu, jadi kamu harus jadi lelaki yang baik untuk wanita mu van, oke!!” yaah wanita itu berbicara dengan penuh dewasanya, dan lalu menekuk kakinya lagi hingga sampai ke dagu, kali ini pahanya terlihat terbuka lebar sekali, summpahh, aku naik lagi, siaaal, hapus hapus, hapus..
“iya mbak, aku ngerti, coba besok aku ajak dia bicara. Makasih ya mbak” jawabku setengah grogi, akan pahanya
“iya van, sama sama, aku kan di bayar untuk seperti ini, hahah” wanita itu menimpali dengan tawa renyahnya. “ohiyaa van, untuk hal kayak gitu, jangan birkan omosi negetif kamu mendominasi, biarkan kamu tenag dulu, sehingga otak kamu yang segar dan hati kamu yang sehat, bisa berpikir dengan baik. Dan segala keputusan yang muncul adalah keputusan terbaik, hehe”
“aduuhh, makasih banget ya mbak, bagus banget, hehe “ “ ewmmm, mbak punya pacar?” tanyaku kemudian agak ragu.
“enggak van, mana ada lelaki yang mau sama pecun seperti ini, aku juga belum punya minat cari pacar, mungkin nanti jika aku sudah punya pekerjaan yang normal, hehehe” jawabnya ringan.
“waah mbak marini tegar yaa, hebat, salut aku mbak”.
“ ahh biasa aja kok, ehehe”.
“Ewmmn mbak boleh nanya gak? Tapi yang ini agak pribadi, hehe”
“Tanya apa? Bagian paling pribadi dalam hidupku sudah banyak yang tahu van, kamu Tanya apa? Ukuran underwear saya? Hahaha” jawabnya dengan sedikit melucu.
“ haha, enggak mbak, ewmmn, kenapa mbak memilih jalan sebagai pelacur seperti ini mbak?”
Mbak Marini diam sejenak kemudian, dengan matanya memandang lurus kedepan, dan tetap mendekap betisnya, dan lagi pahanya masih tetap kelihatan, ohh sialan, si adek ngeces nihh, kamprett.
“ewwmm, mbak kalu gak mau jawab gapapa kok.” Serobotku takut.
“hehe, tidak aku hanya bingung mau cerita dari mana, haha” jawabnya sedikit tertawa.
“ begini van, aku dulu kan dari wonogiri, bapakku seorang ustadz, ibuku seorang pedagang kue dipasar, setelah SMA aku tak mampu lagi meneruskan ketingkat perguruan tinggi, lalu aku diajak temanku ke Semarang, bagi orang desa seperti aku, Semarang bisa jadi kota harapan, temanku namanya yuni, bersama seorang pria mereka minta ijin kepada kedua orang tuaku untuk mengajakku ikut bersama mereka bekerja di pabrik kulit, maka berangkatlah kami. Awalnya aku heran, setibanya di Semarang, aku diajak untuk mempercantik diri. Bajuku diganti dengan baju trendy dan mahal. Kulitku pun dilulur hingga terlihat mengkilat. Rambutku yang acak-acakan dipermak di salon elit, hingga tampak begitu menawan seperti rambut para ABG jaman sekarang, tak lupa rambutku dicat warna cokelat tua supaya terlihat menggemaskan, kuku ku pun di rawat, dan wajahku pun dipercantik sedemikian rupa sehingga nampak seperti artis artis ABG. Lalu kemudian aku diajak foto, aku disuruh berpose, aku pun berpose senyum malu-malu, sangat lugu khas gadis desa, disitu aku masih berpikir kalau itu adalah sesi foto untuk sebuah produk dari industri yang aku tempati. Setelah itu aku pun diajak oleh yuni ke sebuah hotel, disana pada sebuah kamar yuni meninggalkanku sendiri, ketika aku bertanya, dia hanya menjawab “nanti ada orang yang mau ngasih kamu uang”. Tak lana seorang pria tinggi besar masuk, mengunci pintu, dan menyuruhku melucuti semua pakaianku. Tak lama pula dengan paksa pria itu berhasil menggagahiku, aku sempat berteriak, dan meronta memelas, tapi percuma. Ketika ku bangun kudapati darah di tempat tidur dan setumpuk uang di meja. Aku pun mengangis menyesali perbuatanku, Berawal dari situlah semuanya, hingga aku tahu bahwa yuni pun juga memeliki masa lalu yang sama sepertiku. Lama-lama karena kebutuhan ekonomi pula yang memaksaku untuk melakukan pekerjaan seperti ini, toh dengan bekerja seperti ini semua kebutuhanku terpenuhi, dan aku bisa mengirim uang ke kampong, dam kedua orangtuaku tak tahu apa pekerjaan asliku disini. Yaah aku sudah tak peduli dengan apa kata orang, sudah cukup kebal aku dengan celaan dan hinaan yang menimpaku, hidupku,mungkin ini jalan hidupku, hidupku, penjaraku, setiap malam aku harus mengulang trauma yang sama, sampai akhirnya aku pun menikmatinya, hehe” cukup panjang rasanya wanita itu bercerita tentang hidupnya.
“kamu hebat ya mbak, bisa tegar kayak gini, kamu gak pernah punya keinginan untuk mencari pekerjaan yang lebih layak mbak?” tanyaku
“ pernah, tapi mungkin masih lama, mungkin sampai Tuhan memberiku hidayah, atau seorang pangeran tampan yang bisa menerima kondisiku apa adanya, hahha, begini pun juga aku punya mimpi bisa berkeluarga, punya anak, punya suami, hahaha” dia masih tertawa renyah dalam keseduannya.
“ salut aku sama kamu mbak, makasih ya mbak, mau berbagi pengalaman sama aku..”
“ haha iya gapapa, aku kan memang kamu bayar untuk itu hehe”
Waktu tak terasa telah menunjukkan pukul empat pagi, dan aku pun mulai sedikit merasa kantuk.
“ewmm waduh udah lebih dari batas perjanjian, heheh, kena charge tambahan gak ni mbak, hehe??” tanyaku sambil mencolek perutnya.
“wooo, kamu mulai genit yaa, awas aku aduin ke pacar kamu lhoo..” jawabnya
“hahaha, emang mbak kenal?”
“ gak siih, hhehe, sudahlah gapapa, anggap saja bonus, toh aku bisa dapat uang tanpa harus mengobral tubuh mala mini, hahaha” tawanya membahana.
“ mbak habis ini mau kemana?” tanyaku
“pulang ahh udah jam segini, capek juga.”
“memang kosan mbak dimana?” tanyaku lagi
“pekunden situ, kenapa? Mau mampir, lalu mau nambah nyoba badanku? Tanya nya menggoda
“hahaha, enggak mbak, aku antar pulang saja yaa, oke!” pintaku
“ewmnnn, oke dehh, tapi jangan nakal yaa.”
“Hahaha oke mbak”
Akhiryaa pun kami sudah melaju diatas motor, udara terasa sangat dingin saat itu, aku merasa sedikit menggigil, maklum jaketku masih melekat ditubuh mbak marini.
“ kamu kedinginan ya van? Aku peluk kamu yaa, gapapa kan? Aku juga kedinginan kok..”pintanya
“ewwmmm, yang ini gak kena charge tambahan kan mbak?” Tanya ku polos
“ hahha, enggak lah!” menjawab sambil mencubit perutku.
Akhirnya terasa cukup hangat dibagian punggungku, dan terasa cukup besar dada yang mengganjal di punggungku itu.. ohhhh shhiit, tapi enakk, hahahaha
Akhirnya sampai juga aku di kosannya Aku pun menurunkannya.
“ gak mampir dulu van?”
“gak mbak, mau pulang, takut dicariin, hehe”
Sepontan pula mbak marini mengecup bibirku hangat, yaahh hanya mengecup, aku pun hanya kaget merem melek.
“ewmmn, gapapa kan, makasih ya van.”
“Ee e e, iya mbak, sama sama” jawabku gagap. “ pergi dulu ya mbak” ijinku
“ iyaa, ati – ati yaa, daaaaa” mabk marini berujar sembari melambaikan tangan
Akupun membalas lambaian tangannya dan pergi meninggalkannya.. dan diperjalanan aku lupa mengambil kembali jaketku, ahh sudahlah, semoga jaketku bisa menghangatkan tiap malam-malamnya yang dingin…
Langganan:
Komentar (Atom)